Family Is Family

Family Is Family

W E L C O M E T O M Y B L O G

Teruntuk Ayah Bundaku yang selalu Ananda cintai dalam relung hati yang terdalam

Ibarat sinar mentari begitulah kasihmu sepanjang zaman yang teruntai begitu indahnya

Ananda haturkan terima kasih atas segala kasih sayang yang sedari kecil telah diberikan dengan tulus

Setiap doa yang terlantun untuk Ananda menjadi pelipur hati dalam langkah.

Tanpa cintamu bagai taman tak berbunga dan bagaikan malam tak berbintang

Pengorbanan kalian tak akan pernah tergantikan dengan apapun yang kumiliki

Duhai Rabbi sejahterakanlah Ayah Bundaku dengan nikmat-Mu yang tak pudar ditelan masa


Teruntuk Saudaraku yang kusayangi karena Allah

Tanamlah cinta dalam hati

Biarkan Ia tumbuh berkembang hanya karena Allah

Ukirlah dengan pena agar Ia senantiasa terlukis indah di dasar jiwa


Ingatlah bahwa kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya

Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya

Rabu, Maret 31, 2010

Persaudaraan Islam






Oleh : KH Mama Abdullah Bin Nuh
(pendiri Al-Ihya Insan Kamil & Al-Ghazali Bogor)

Anda adalah saudaraku. Betapa keadaan anda dan apapun kebangsaan anda. Apapun bahasa anda dan bagaimanapun warna kulit anda. Anda saudaraku walaupun anda tdk kenal aku dan tdk tahu siapa bundaku. Walaupun aku tdk pernah tinggal serumah dgn anda dan belum pernah seharipun hidup bersama anda dibawah satu atap langit.

Anda adalah saudaraku. Walaupun anda berpangkat tinggi. Mendapat kedudukan yg mulia. Menguasai ilmu yg luas. Dan mempunyai pengaruh yg besar. Atau memiliki harta yg banyak.

Anda adalah saudaraku walaupun misalnya anda penduduk planet Mars dan aku hanya penghuni planet beredar bernama bumi ini.

Tidak. Tidak usah anda bersusah payah mencari-cari buku sejarah silsilah keturunan. Jangan memaksa-maksa diri mencari2 dari catatan2 nenek moyang. Jangan pula anda bersedih lantaran aku bukan si Anu putra si Anu dari famili Anu. Atau lantaran kita tdk bertemu pada nenek pertama atau nenek kesepuluh atau keseratus atau seterusnya hingga berujunglah penelitian kita kpd bapak-bapak kita Nabi Adam dan Ibu Hawa, tatkala keduanya makan buah fana ini. Tidak usah begitu! Karena hubungan semacam ini kadang2 terjadi antara seorang penghuni syurga dan seorang lagi kekal di neraka.

Namun anda adalah saudaraku… karena anda adalah seorang Muslim. Setelah itu aku tak peduli apakah anda org Eropa, India, Turki, atau Cina. Bangsa Barat atau Timur. Atau apa saja yg anda kehendaki. Karena ini merupakan penggolongan2 sederhana yg tdk berarti bagiku setelah kurenungkan dalam2.

Anda saudaraku. Karena kita bersama-sama menyembah Tuhan yg Satu. Mengikuti Rasul yg satu. Menghadap kiblat yg satu. Dan terkadang kita berkumpul disebuah padang yg luas, yaitu padang Arafah. Kita sama2 lahir dari hidayah Allah. Menyusu serta menyerap syariat Nabi Muhammad SAW. Kita sama2 bernaung dibawah langit kemanusiaan yg sempurna. Dan sama2 berpijak pada bumi kepahlawanan yg utama.

Katakanlah demi Tuhanmu. Diufuk mana dijagat raya ini terdapat persaudaraan yg lebih utama dari pada ini? Jangan sampai Allah mempertemukan kita apabila kita tdk beriman pada-Nya dan tidak berlindung kpd benteng pertahanan ini.

Marilah wahai saudaraku sayang. Kita duduk bersama-sama sebagaimana layaknya dua saudara atau dua sahabat karib. Kita saling memperbincangkan hal ini. Dan yg kita jadikan sbg sarana bertukar fikiran serta alat pemersatu kita adalah bahasa yg dipakai Allah dlm menurunkan kitab yg kita baca bersama siang malam itu (yaitu bahasa Arab), jangan kau ragu ungkapkan isi hatimu padaku! Rasa takut. Harapan. Kenyerian. Kenikmatan. Kegembiraan. Dan Kesedihan. Karena aku ingin berbagi rasa dalam hal ini. Demi Allah, aku sungguh sangat ingin!

Mari wahai saudaraku sayang. Kita bahu membahu mengibarkan setinggi-tingginya bendera suci dan agung ini. Agar org2 di barat maupun di timur melihatnya berkibar diangkasa. Sehingga bergabunglah kpdnya siapa saja org2 yg telat ditulis Allah sbg org yg bahagia di dunia dan di akhirat. Dan akan berpalinglah siapa saja org yg ditulis Allah sbg org yg celaka.

Mari wahai saudaraku sayang. Kita singkap sejenak dari hadapan kita penutup tipis dan tembus pandang yg kita bentangkan antara kita. Yg kita anyam dgn tangan2 kita sendiri dari benang2 perbedaan pandangan dan salah faham dlm masalah mazhab yg sepele itu. Dan nun jauh disana. Didalam kehangatan kalimah tauhid pemersatu kita. Dari kampung ikatan rohani. Kita bersatu tolong menolong. Bantu membantu. Bahu membahu. Mengurus kepentingan2 kita bersama. Disanalah tercapainya cita2 kita. Marilah kita bersepakat mengerjakan kewajiban2 kita. Mengembalikan keluhuran kita yg telah rusak. Membangun kembali bangunan kita yg telah runtuh.

Alangkah merdunya bicaramu wahai saudaraku sayang. Alangkah agungnya keikhlasanmu yg nampak diwajahmu nan cerah. Alangkah indahnya kasih sayangmu yg bersenandung dalam untaian kata2mu. Betapa sucinya cita2mu yg memancar dari mata air nan suci yg mengalir dari lubuk hatimu. Alangkah besar gairahmu terhadap agama kita yg Haq ini.

Ya. Dibalik samudra bebas yg menggunung gelombangnya. Dibalik lautan jihad yg terus menerus. Dan dibalik kesabaran tiada terbatas. Disana ditempat yg jauh, akan kita temukan mutiara yg hilang yg kita cari. Yg kini masih terpendam di dlm lumpur impian dan kenyataan. Yang digenangi oleh Nur kejayaan dan keindahan. Kesemuanya itu tergantung pada bersatunya kekuatan. Jernihnya akal fikiran. Pimpinan yg bijaksana. Niat yg ikhlas. Mati yg lebih gembira menyaksikan kejayaan umat dari pada terpenuhinya keinginan hawa nafsu. Penuh kesabaran dan keyakinan teguh. Dengan itulah kita membuat kapal utk menjalani tugas dan menghasilkan cita2. Karena saat terpenting didalam sejarah kebangkitan kita ialah saat dimana kapal itu akan membongkar sauh dan memulai pelayarannya yg agung. Maka berkibarlah bendera dan berkumpullah para penumpang. Lantas berserulah Sang Penyeru, “Naiklah ke kapal dgn nama Allah saat berlayar dan saat berlabuhnya. Sungguh Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.


NB:
Pada hari senin malam selasa, jam 19.15 WIB ba’da Isya, tanggal 26 Oktober 1987 bertepatan dengan tanggal 4 Robi’ul Awwal 1408 H beliau pulang ke Rahmatullah. “Innaa Lillaahi wa Inna Ilaihi Rooji’uuna”.

" Thoriqoh Mama ada tiga: 1. Mengajar2. Muthola’ah 3. Mengarang. "

Di mana saja Mama tinggal, Mama betah, asal Mama bisa menjalankan yang tiga itu dengan tenang. Jadi jelaslah, pindahnya Mama dan satu daerah ke daerah lain adalah termasuk : yang mudah-mudahan pulangnya Mama ke Rahmatullah pun demikian adanya, hijrah kepada keridhoan Allah swt.
Amin ...

Thanks for repost